Senin, 24 Januari 2011

Remaja dan HIV/AIDS

HIV/AIDS

HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang menyebabkan penyakit AIDS (acquired immune deficiency syndrome). AIDS sendiri adalah penyakit pada sistem pertahanan tubuh yang sampai saat ini belum dapat disembuhkan, pengobatan yang tersedia hanya mampu untuk menghambat pertumbuhan virus HIV sehingga memperlambat perkembangan penyakit tersebut.

HIV adalah virus yang penyebarannya melalui darah (blood-borne virus). Artinya virus HIV tersebut dapat menyebar, apabila darah atau cairan tubuh orang yang telah terinfeksi virus HIV bersentuhan dengan darah, kulit yang luka atau membran mukosa orang lain yang tidak terinfeksi. Berbagi jarum suntik/peralatan lain yang digunakan antar sesama pengguna narkotika atau melakukan hubungan seksual tanpa pengaman adalah 2 penyebab utama penyebaran HIV. Wanita hamil yang terinfeksi HIV juga dapat menularkan virus tersebut kepada janin yang dikandungnya selama masa kehamilan, persalinan atau menyusui.

HIV menghancurkan sel tertentu pada sistem pertahanan tubuh, yang disebut dengan sel CD4+. Tanpa adanya sel tersebut, maka orang yang terinfeksi HIV tidak dapat melawan bakteri ataupun penyakit. Bahkan berkurangnya sel CD4+ pada orang yang terinfeksi HIV, menjadi salah satu pertanda utama berkembangnya penyakit AIDS. Kemudian karena melemahnya sistem pertahanan tubuh mereka, maka orang yang menderita penyakit AIDS sering mengalami infeksi pada berbagai organ tubuh seperti paru-paru, otak, mata & organ tubuh lainnya. Penderita AIDS juga sering mengalami penurunan berat badan yang membahayakan, diare & kanker jenis tertentu (Kaposi's sarcoma).

Gejala infeksi HIV & penyakit AIDS yang berat bisa tidak terlihat selama jangka waktu 10 tahun. Waktu untuk gejala tersebut dapat muncul bisa berbeda untuk tiap orang. Ada orang yang masih merasa & terlihat sehat, meskipun sebenarnya sudah terinfeksi dengan HIV. Orang tersebut juga dapat menularkan virus HIV yang ada pada tubuhnya ke orang lain meskipun gejala HIV/AIDS belum muncul. Oleh karena itu sulit untuk mengetahui apakah seseorang sudah terinfeksi HIV/AIDS apabila melihat secara penampilan fisiknya saja.

Ketika kekebalan tubuh seseorang sudah terpengaruhi oleh penyakit AIDS, maka biasanya akan tampak gejala seperti berikut ini, yang medicastore ambil dari kidshealth.org :
• Kelelahan/kelemahan yang luar biasa.
• Berkurangnya berat badan secara cepat.
• Demam yang dapat berlangsung selama beberapa minggu tanpa sebab yang jelas.
• Keringat berlebihan saat malam hari.
• Membengkaknya kelenjar getah bening.
• Adanya infeksi kecil yang menyebabkan kemerahan & rasa perih pada kulit, mulut & alat kelamin.
• Adanya bercak putih pada mulut & tenggorokan.
• Diare kronis (terus-menerus dalam jangka panjang).
• Batuk yang tidak kunjung sembuh.
• Kesulitan untuk mengingat sesuatu.
• Untuk wanita, dapat mengalami infeksi vagina yang tidak sembuh dengan pengobatan biasa seperti juga infeksi radang panggul (pelvic inflammatory disease /PID).
Statistik penderita HIV/AIDS di Indonesia

Statistik penderita HIV/AIDS di Indonesia sendiri menunjukkan angka yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Seperti laporan berikut ini, yang medicastore ambil berdasarkan data dari Sub Direktorat AIDS dan Penyakit Menular Seksual Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP &PL) Kemenkes untuk triwulan kedua tahun 2010 :

AIDS

• Pada periode triwulan kedua tahun 2010 terdapat penambahan kasus AIDS sebanyak 1.206 kasus.
• Rasio kasus AIDS antara laki-laki dan perempuan adalah 3 : 1.
• Rate kumulatif kasus AIDS nasional sampai 30 Juni 2010 adalah 9,44 kasus per 100.000 penduduk.
• Proporsi kumulatif kasus AIDS tertinggi dilaporkan pada kelompok umur 20-29 tahun (48,1%), diikuti kelompok umur 30-39 tahun (30,9%), dan kelompok umur 40-49 (9,1%).
• Cara penularan terbanyak adalah melalui hubungan heteroseksual (49,3%), Injection Drug Use/IDU (40,4%), Lelaki Seks Lelaki (3,3%), dan perinatal (2,7%).

HIV:

• Untuk kasus HIV positif, sampai dengan 30 Juni 2010 secara kumulatif berjumlah 44.292 kasus dengan positive rate rata-rata 10,3%.
• Jumlah kasus baru pada triwulan kedua 2010 sebanyak 3.916 kasus.
• Daerah yang paling banyak terjadi kasus HIV positif adalah DKI Jakarta (9.804 kasus), Jawa Timur (5.973 kasus), Jawa Barat (3.798 kasus), Sumatera Utara (3.391 kasus), Papua (2.947 kasus), dan Bali (2.505 kasus).
• Estimasi populasi rawan tertular HIV di Indonesia tahun 2006 sebesar 193.000. Pada tahun 2014 diproyeksikan jumlah infeksi baru HIV usia 15-49 tahun sebesar 79.200, dan proyeksi untuk ODHA usia 15-49 tahun sebesar 501.400 kasus.

Remaja Rentan Terkena HIV/AIDS

Para remaja merupakan kalangan yang beresiko tinggi untuk terkena HIV yang dapat berkembang menjadi AIDS. Di Amerika serikat menurut CDC, sekitar 45.433 orang yang berusia 13-24 tahun telah terdiagnosa penyakit AIDS pada akhir tahun 2007. Sedangkan di Indonesia sendiri, berdasarkan data dari Sub Direktorat AIDS dan Penyakit Menular Seksual Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP &PL) Kemenkes untuk triwulan kedua tahun 2010, proporsi kumulatif kasus AIDS tertinggi dilaporkan pada kelompok umur 20-29 tahun (48,1%), dimana pada kelompok umur tersebut, sebagian masuk pada kelompok remaja (15-24 tahun). 

Secara umum menurut data dari teens.drugabuse.gov, remaja pada usia pertengahan & akhir rentan untuk melakukan prilaku yang berbahaya & beresiko tinggi, seperti penyalah gunaan narkotika ataupun hubungan seksual tanpa pengaman. Konsumsi alkohol & narkotika juga dapat meningkatkan kemungkinan untuk melakukan prilaku beresiko lainnya, karena kedua zat tersebut dapat mempengaruhi penilaian & pengambilan keputusan. Selain itu, terlepas dari apakah seorang remaja melakukan penyalah gunaan narkotika atau tidak, melakukan hubungan seksual di luar nikah & tanpa pengaman juga dapat meningkatkan resiko mereka untuk terinfeksi HIV.

Penggulangan Bersama Pencegahan Infeksi HIV/AIDS

Salah satu alasan kenapa HIV begitu berbahaya adalah karena seseorang dapat memliki virus tersebut di tubuhnya dalam jangka waktu lama tanpa menyadarinya. Kemudian orang tersebut juga dapat menyebarkan virus tersebut kepada yang lainnya melalui prilaku yang beresiko tinggi.

Pencegahan HIV penting untuk seluruh dunia. Karena, meskipun banyak penelitian yang telah dilakukan, sampai saat ini belum ada vaksin yang dapat mencegah infeksi HIV. Satu-satunya hal yang dapat mencega infeksi HIV adalah menghindari prilaku beresiko.

Di Indonesia sendiri menurut data yang medicastore ambil dari Sub Direktorat AIDS dan Penyakit Menular Seksual Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP &PL) Kemenkes, penularan HIV terutama disebabkan oleh hubungan seksual sebesar 49,3% serta jarum suntik (Injection Drug Use/IDU) yaitu sebesar 40,4%. Infeksi HIV dapat dicegah dengan cara tidak berbagi jarum suntik & tidak melakukan hubungan seksual, baik secara oral, vaginal ataupun anal.

Resiko terkena infeksi HIV/AIDS juga dapat dikurangi dengan menggunakan kondom saat berhubungan seksual & menghindari kontak dengan darah, cairan sperma, cairan vagina & ASI dari orang yang terinfeksi HIV/AIDS.

Menjelaskan Pada Anak Tentang HIV/AIDS

Menjelaskan pada anak mengenai HIV/AIDS berarti juga berbicara mengenai prilaku seksual. Hal tersebut bukan merupakan topik yang mudah bagi para orang tua. Sama halnya untuk para remaja, yang juga tidak mudah untuk berbicara terbuka kepada orang tua mereka mengenai hal tersebut & bahwa infeksi HIV/AIDS juga dapat dialami oleh mereka.

Dokter & penasehat menyarankan para orang tua untuk lebih terbuka berdiskusi mengenai HIV/AIDS pada usia anak yang lebih dini, bahkan sebelum mereka berusia 10 tahun. Terlebih lagi topik tersebut berkaitan dengan memahami tubuh & seksualitas, melakukan prilaku yang menyehatkan, menghargai orang lain & cara untuk memahami apa yang mereka rasakan (meskipun cara orang tua untuk berbicara hal tersebut kepada anaknya dapat berbeda tergantung dari usia anak). Melakukan komunikasi secara terbuka & menjadi pendengar yang baik sangat penting dalam hal berkomunikasi dengan anak.

Sekolah juga dapat berperan serta untuk mencegah penularan infeksi HIV/AIDS, setiap sekolah sebaiknya menyediakan informasi yang cukup mengenai HIV/AIDS serta telah disesuaikan dengan kelompok usia anak & remaja. Penelitian menunjukkan bahwa pemberian informasi seperti itu mempunyai efek yang cukup besar untuk menghentikan prilaku yang beresiko tinggi oleh remaja.

Demikian juga orang tua yang mempunyai informasi yang cukup mengenai cara untuk mencegah infeksi HIV/AIDS serta berbicara kepada anak mereka mengenai hal tersebut, juga berperan cukup besar untuk mencegah penularan infeksi HIV/AIDS.


Sumber :
• teens.drugabuse.gov
• kidshealth.org
• www.penyakitmenular.inf

Kamis, 13 Januari 2011

PENDIDIKAN SEX

Pendidikan Seksual Pada Remaja

Sampai saat ini masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah menjadi suatu hal yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk hidup, karena dengan seks makhluk hidup dapat terus bertahan menjaga kelestarian keturunannya.

Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting dalam pembentukan hubungan baru yang lebih matang dengan lawan jenis. Padahal pada masa remaja informasi tentang masalah seksual sudah seharusnya mulai diberikan, agar remaja tidak mencari informasi dari orang lain atau dari sumber-sumber yang tidak jelas atau bahkan keliru sama sekali. Pemberian informasi masalah seksual menjadi penting terlebih lagi mengingat remaja berada dalam potensi seksual yang aktif, karena berkaitan dengan dorongan seksual yang dipengaruhi hormon dan sering tidak memiliki informasi yang cukup mengenai aktivitas seksual mereka sendiri (Handbook of Adolecent psychology, 1980). Tentu saja hal tersebut akan sangat berbahaya bagi perkembangan jiwa remaja bila ia tidak memiliki pengetahuan dan informasi yang tepat. Fakta menunjukkan bahwa sebagian besar remaja kita tidak mengetahui dampak dari perilaku seksual yang mereka lakukan, seringkali remaja sangat tidak matang untuk melakukan hubungan seksual terlebih lagi jika harus menanggung resiko dari hubungan seksual tersebut.

Karena meningkatnya minat remaja pada masalah seksual dan sedang berada dalam potensi seksual yang aktif, maka remaja berusaha mencari berbagai informasi mengenai hal tersebut. Dari sumber informasi yang berhasil mereka dapatkan, pada umumnya hanya sedikit remaja yang mendapatkan seluk beluk seksual dari orang tuanya. Oleh karena itu remaja mencari atau mendapatkan dari berbagai sumber informasi yang mungkin dapat diperoleh, misalnya seperti di sekolah atau perguruan tinggi, membahas dengan teman-teman, buku-buku tentang seks, media massa atau internet.

Memasuki Milenium baru ini sudah selayaknya bila orang tua dan kaum pendidik bersikap lebih tanggap dalam menjaga dan mendidik anak dan remaja agar ekstra berhati-hati terhadap gejala-gejala sosial, terutama yang berkaitan dengan masalah seksual, yang berlangsung saat ini. Seiring perkembangan yang terjadi sudah saatnya pemberian penerangan dan pengetahuan masalah seksualitas pada anak dan remaja ditingkatkan. Pandangan sebagian besar masyarakat yang menganggap seksualitas merupakan suatu hal yang alamiah, yang nantinya akan diketahui dengan sendirinya setelah mereka menikah sehingga dianggap suatu hal tabu untuk dibicarakan secara terbuka, nampaknya secara perlahan-lahan harus diubah. Sudah saatnya pandangan semacam ini harus diluruskan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan membahayakan bagi anak dan remaja sebagai generasi penerus bangsa. Remaja yang hamil di luar nikah, aborsi, penyakit kelamin, dll, adalah contoh dari beberapa kenyataan pahit yang sering terjadi pada remaja sebagai akibat pemahaman yang keliru mengenai seksualitas.

Karakteristik Seksual Remaja

Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara-perkara hubungan intim antara laki-laki dengan perempuan. Karakter seksual masing-masing jenis kelamin memiliki spesifikasi yang berbeda hal ini seperti yang pendapat berikut ini : Sexual characteristics are divided into two types. Primary sexual characteristics are directly related to reproduction and include the sex organs (genitalia). Secondary sexual characteristics are attributes other than the sex organs that generally distinguish one sex from the other but are not essential to reproduction, such as the larger breasts characteristic of women and the facial hair and deeper voices characteristic of men (Microsoft Encarta Encyclopedia 2002)

Pendapat tersebut seiring dengan pendapat Hurlock (1991), seorang ahli psikologi perkembangan, yang mengemukakan tanda-tanda kelamin sekunder yang penting pada laki-laki dan perempuan. Menurut Hurlock, pada remaja putra : tumbuh rambut kemaluan, kulit menjadi kasar, otot bertambah besar dan kuat, suara membesar dan lain,lain. Sedangkan pada remaja putri : pinggul melebar, payudara mulai tumbuh, tumbuh rambut kemaluan, mulai mengalami haid, dan lain-lain.

Seiring dengan pertumbuhan primer dan sekunder pada remaja ke arah kematangan yang sempurna, muncul juga hasrat dan dorongan untuk menyalurkan keinginan seksualnya. Hal tersebut merupakan suatu yang wajar karena secara alamiah dorongan seksual ini memang harus terjadi untuk menyalurkan kasih sayang antara dua insan, sebagai fungsi pengembangbiakan dan mempertahankan keturunan.

Perilaku Seksual

Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini dapat beraneka ragam, mulai dari perasaan tertarik hingga tingkah laku berkencan, ber***bu dan senggama. Obyek seksual dapat berupa orang, baik sejenis maupun lawan jenis, orang dalam khayalan atau diri sendiri. Sebagian tingkah laku ini memang tidak memiliki dampak, terutama bila tidak menimbulkan dampak fisik bagi orang yang bersangkutan atau lingkungan sosial. Tetapi sebagian perilaku seksual (yang dilakukan sebelum waktunya) justru dapat memiliki dampak psikologis yang sangat serius, seperti rasa bersalah, depresi, marah, dan agresi.

Sementara akibat psikososial yang timbul akibat perilaku seksual antara lain adalah ketegangan mental dan kebingungan akan peran sosial yang tiba-tiba berubah, misalnya pada kasus remaja yang hamil di luar nikah. Belum lagi tekanan dari masyarakat yang mencela dan menolak keadaan tersebut. Selain itu resiko yang lain adalah terganggunya kesehatan yang bersangkutan, resiko kelainan janin dan tingkat kematian bayi yang tinggi. Disamping itu tingkat putus sekolah remaja hamil juga sangat tinggi, hal ini disebabkan rasa malu remaja dan penolakan sekolah menerima kenyataan adanya murid yang hamil diluar nikah. Masalah ekonomi juga akan membuat permasalahan ini menjadi semakin rumit dan kompleks.

Berbagai perilaku seksual pada remaja yang belum saatnya untuk melakukan hubungan seksual secara wajar antara lain dikenal sebagai :

1. Masturbasi atau onani yaitu suatu kebiasaan buruk berupa manipulasi terhadap alat genital dalam rangka menyalurkan hasrat seksual untuk pemenuhan kenikmatan yang seringkali menimbulkan goncangan pribadi dan emosi.

2. Berpacaran dengan berbagai perilaku seksual yang ringan seperti sentuhan, pegangan tangan sampai pada ciuman dan sentuhan-sentuhan seks yang pada dasarnya adalah keinginan untuk menikmati dan memuaskan dorongan seksual.

3. Berbagai kegiatan yang mengarah pada pemuasan dorongan seksual yang pada dasarnya menunjukan tidak berhasilnya seseorang dalam mengendalikannya atau kegagalan untuk mengalihkan dorongan tersebut ke kegiatan lain yang sebenarnya masih dapat dikerjakan.

Dorongan atau hasrat untuk melakukan hubungan seksual selalu muncul pada remaja, oleh karena itu bila tidak ada penyaluran yang sesuai (menikah) maka harus dilakukan usaha untuk memberi pengertian dan pengetahuan mengenai hal tersebut.

Adapun faktor-faktor yang dianggap berperan dalam munculnya permasalahan seksual pada remaja, menurut Sarlito W. Sarwono (Psikologi Remaja,1994) adalah sebagai berikut :

1. Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual remaja. Peningkatan hormon ini menyebabkan remaja membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku tertentu

2. Penyaluran tersebut tidak dapat segera dilakukan karena adanya penundaan usia perkawinan, baik secara hukum oleh karena adanya undang-undang tentang perkawinan, maupun karena norma sosial yang semakin lama semakin menuntut persyaratan yang terus meningkat untuk perkawinan (pendidikan, pekerjaan, persiapan mental dan lain-lain)

3. Norma-norma agama yang berlaku, dimana seseorang dilarang untuk melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Untuk remaja yang tidak dapat menahan diri memiliki kecenderungan untuk melanggar hal-hal tersebut.

4. Kecenderungan pelanggaran makin meningkat karena adanya penyebaran informasi dan rangsangan melalui media masa yang dengan teknologi yang canggih (cth: VCD, buku stensilan, Photo, majalah, internet, dan lain-lain) menjadi tidak terbendung lagi. Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan meniru apa dilihat atau didengar dari media massa, karena pada umumnya mereka belum pernah mengetahui masalah seksual secara lengkap dari orangtuanya.

5. Orangtua sendiri, baik karena ketidaktahuannya maupun karena sikapnya yang masih mentabukan pembicaraan mengenai seks dengan anak, menjadikan mereka tidak terbuka pada anak, bahkan cenderung membuat jarak dengan anak dalam masalah ini.

6. Adanya kecenderungan yang makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat, sebagai akibat berkembangnya peran dan pendidikan wanita, sehingga kedudukan wanita semakin sejajar dengan pria.

Pendidikan Seksual

Menurut Sarlito dalam bukunya Psikologi Remaja (1994), secara umum pendidikan seksual adalah suatu informasi mengenai persoalan seksualitas manusia yang jelas dan benar, yang meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan sampai kelahiran, tingkah laku seksual, hubungan seksual, dan aspek-aspek kesehatan, kejiwaan dan kemasyarakatan. Masalah pendidikan seksual yang diberikan sepatutnya berkaitan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat, apa yang dilarang, apa yang dilazimkan dan bagaimana melakukannya tanpa melanggar aturan-aturan yang berlaku di masyarakat.

Pendidikan seksual merupakan cara pengajaran atau pendidikan yang dapat menolong muda-mudi untuk menghadapi masalah hidup yang bersumber pada dorongan seksual. Dengan demikian pendidikan seksual ini bermaksud untuk menerangkan segala hal yang berhubungan dengan seks dan seksualitas dalam bentuk yang wajar. Menurut Singgih, D. Gunarsa, penyampaian materi pendidikan seksual ini seharusnya diberikan sejak dini ketika anak sudah mulai bertanya tentang perbedaan kelamin antara dirinya dan orang lain, berkesinambungan dan bertahap, disesuaikan dengan kebutuhan dan umur anak serta daya tangkap anak ( dalam Psikologi praktis, anak, remaja dan keluarga, 1991). Dalam hal ini pendidikan seksual idealnya diberikan pertama kali oleh orangtua di rumah, mengingat yang paling tahu keadaan anak adalah orangtuanya sendiri. Tetapi sayangnya di Indonesia tidak semua orangtua mau terbuka terhadap anak di dalam membicarakan permasalahan seksual. Selain itu tingkat sosial ekonomi maupun tingkat pendidikan yang heterogen di Indonesia menyebabkan ada orang tua yang mau dan mampu memberikan penerangan tentang seks tetapi lebih banyak yang tidak mampu dan tidak memahami permasalahan tersebut. Dalam hal ini maka sebenarnya peran dunia pendidikan sangatlah besar.

Tujuan Pendidikan Seksual

Pendidikan seksual selain menerangkan tentang aspek-aspek anatomis dan biologis juga menerangkan tentang aspek-aspek psikologis dan moral. Pendidikan seksual yang benar harus memasukkan unsur-unsur hak asasi manusia. Juga nilai-nilai kultur dan agama diikutsertakan sehingga akan merupakan pendidikan akhlak dan moral juga.

Menurut Kartono Mohamad pendidikan seksual yang baik mempunyai tujuan membina keluarga dan menjadi orang tua yang bertanggungjawab (dalam Diskusi Panel Islam Dan Pendidikan Seks Bagi Remaja, 1991). Beberapa ahli mengatakan pendidikan seksual yang baik harus dilengkapi dengan pendidikan etika, pendidikan tentang hubungan antar sesama manusia baik dalam hubungan keluarga maupun di dalam masyarakat. Juga dikatakan bahwa tujuan dari pendidikan seksual adalah bukan untuk menimbulkan rasa ingin tahu dan ingin mencoba hubungan seksual antara remaja, tetapi ingin menyiapkan agar remaja tahu tentang seksualitas dan akibat-akibatnya bila dilakukan tanpa mematuhi aturan hukum, agama dan adat istiadat serta kesiapan mental dan material seseorang. Selain itu pendidikan seksual juga bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan mendidik anak agar berperilaku yang baik dalam hal seksual, sesuai dengan norma agama, sosial dan kesusilaan (Tirto Husodo, Seksualitet dalam mengenal dunia remaja, 1987)

Penjabaran tujuan pendidikan seksual dengan lebih lengkap sebagai berikut :

1. Memberikan pengertian yang memadai mengenai perubahan fisik, mental dan proses kematangan emosional yang berkaitan dengan masalah seksual pada remaja.

2. Mengurangi ketakutan dan kecemasan sehubungan dengan perkembangan dan penyesuaian seksual (peran, tuntutan dan tanggungjawab)

3. Membentuk sikap dan memberikan pengertian terhadap seks dalam semua manifestasi yang bervariasi

4. Memberikan pengertian bahwa hubungan antara manusia dapat membawa kepuasan pada kedua individu dan kehidupan keluarga.

5. Memberikan pengertian mengenai kebutuhan nilai moral yang esensial untuk memberikan dasar yang rasional dalam membuat keputusan berhubungan dengan perilaku seksual.

6. Memberikan pengetahuan tentang kesalahan dan penyimpangan seksual agar individu dapat menjaga diri dan melawan eksploitasi yang dapat mengganggu kesehatan fisik dan mentalnya.

7. Untuk mengurangi prostitusi, ketakutan terhadap seksual yang tidak rasional dan eksplorasi seks yang berlebihan.

8. Memberikan pengertian dan kondisi yang dapat membuat individu melakukan aktivitas seksual secara efektif dan kreatif dalam berbagai peran, misalnya sebagai istri atau suami, orang tua, anggota masyarakat.

Jadi tujuan pendidikan seksual adalah untuk membentuk suatu sikap emosional yang sehat terhadap masalah seksual dan membimbing anak dan remaja ke arah hidup dewasa yang sehat dan bertanggung jawab terhadap kehidupan seksualnya. Hal ini dimaksudkan agar mereka tidak menganggap seks itu suatu yang menjijikan dan kotor. Tetapi lebih sebagai bawaan manusia, yang merupakan anugrah Tuhan dan berfungsi penting untuk kelanggengan kehidupan manusia, dan supaya anak-anak itu bisa belajar menghargai kemampuan seksualnya dan hanya menyalurkan dorongan tersebut untuk tujuan tertentu (yang baik) dan pada waktu yang tertentu saja.

Beberapa Kiat

Para ahli berpendapat bahwa pendidik yang terbaik adalah orang tua dari anak itu sendiri. Pendidikan yang diberikan termasuk dalam pendidikan seksual. Dalam membicarakan masalah seksual adalah yang sifatnya sangat pribadi dan membutuhkan suasana yang akrab, terbuka dari hati ke hati antara orang tua dan anak. Hal ini akan lebih mudah diciptakan antara ibu dengan anak perempuannya atau bapak dengan anak laki-lakinya, sekalipun tidak ditutup kemungkinan dapat terwujud bila dilakukan antara ibu dengan anak laki-lakinya atau bapak dengan anak perempuannya. Kemudian usahakan jangan sampai muncul keluhan seperti tidak tahu harus mulai dari mana, kekakuan, kebingungan dan kehabisan bahan pembicaraan.

Dalam memberikan pendidikan seks pada anak jangan ditunggu sampai anak bertanya mengenai seks. Sebaiknya pendidikan seks diberikan dengan terencana, sesuai dengan keadaan dan kebutuhan anak. Sebaiknya pada saat anak menjelang remaja dimana proses kematangan baik fisik, maupun mentalnya mulai timbul dan berkembang kearah kedewasaan.

Beberapa hal penting dalam memberikan pendidikan seksual, seperti yang diuraikan oleh Singgih D. Gunarsa (1995) berikut ini, mungkin patut anda perhatikan:

1. Cara menyampaikannya harus wajar dan sederhana, jangan terlihat ragu-ragu atau malu.

2. Isi uraian yang disampaikan harus obyektif, namun jangan menerangkan yang tidak-tidak, seolah-olah bertujuan agar anak tidak akan bertanya lagi, boleh mempergunakan contoh atau simbol seperti misalnya : proses pembuahan pada tumbuh-tumbuhan, sejauh diperhatikan bahwa uraiannya tetap rasional.

3. Dangkal atau mendalamnya isi uraiannya harus disesuaikan dengan kebutuhan dan dengan tahap perkembangan anak. Terhadap anak umur 9 atau 10 tahun t belum perlu menerangkan secara lengkap mengenai perilaku atau tindakan dalam hubungan kelamin, karena perkembangan dari seluruh aspek kepribadiannya memang belum mencapai tahap kematangan untuk dapat menyerap uraian yang mendalam mengenai masalah tersebut.

4. Pendidikan seksual harus diberikan secara pribadi, karena luas sempitnya pengetahuan dengan cepat lambatnya tahap-tahap perkembangan tidak sama buat setiap anak. Dengan pendekatan pribadi maka cara dan isi uraian dapat disesuaikan dengan keadaan khusus anak.

5. Pada akhirnya perlu diperhatikan bahwa usahakan melaksanakan pendidikan seksual perlu diulang-ulang (repetitif) selain itu juga perlu untuk mengetahui seberapa jauh sesuatu pengertian baru dapat diserap oleh anak, juga perlu untuk mengingatkan dan memperkuat (reinforcement) apa yang telah diketahui agar benar-benar menjadi bagian dari pengetahuannya.

Saya yakin pasti masih ada cara-cara lain yang dapat anda gunakan dalam mendidik anak remaja anda. Akhir kata saya berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi remaja, orang tua dan pendidik dalam membentuk remaja menjadi generasi penerus bangsa yang memiliki kualitas kehidupan yang lebih tinggi dalam menghadapi tantangan yang lebih berat di masa yang akan datang. 

Sumber: http://www.ilmupsikologi.com/?p=20

Senin, 03 Januari 2011

KESEHATAN REPRODUKSI





HIV/AIDS



NARKOTIKA





PENGURUS PIK-KRR TUNAS BANGSA T.A 2011/2012

Nama Kelompok                      : TUNAS BANGSA
Sekolah                                    : SMA Negeri 1 Tamiang Hulu
Kecamatan                               : Tamiang Hulu
Kabupaten                                : Aceh Tamiang




Penasehat                                                        : Yanto, S.Pd

Pembina I                                                        : Hariyono, S.Sos
Pembina II                                                       : Giri Guntara, S.Pd
Pembina III                                                      : Adek Tiananda, S.Pd
Penanggung Jawab Administrasi                        : Fahrudino Ahmad, S.Pd
Penanggung Jawab Program                             : Zulfikar, S.Pd

Ketua                          : M. Ridho Kurniawan
Wakil Ketua I              : Luftyaldi Prasetio
Wakil Ketua II             : Apri Ananda
Sekretaris                    : Tri Ayu Surya
Bendahara                   : Tri Wahdaniati

Bidang HIV/AIDS
 
Ketua                          : Rahmat Gunawan
Anggota                      :
·      Alam Syahputra
·      Riri Oktavia
·      Masitah
·      Surati Ningsih
·      Elisa Tridewi
·      Siti Rubiah
·      Laila Hairiati
·      Nur Latifah
·      Elly Gustina
·      Nanda Lisa

BIDANG NAPZA

Ketua                          : Hari Suroto
Anggota                      :
·      Rita Diana
·      Rafida Duri
·      Arsyika
·      Siti Sarah
·      Mira Ponema Ate
·      Maman Juwita
·      Rika Ardianti
BIDANG REPRODUKSI

Ketua                          : Gita Dwi Fransiska
Anggota                      :
·      Bella Febriana
·      Martha Cintia  Dewi
·      Rima Yunita
·      Zulfan Trinanda Ramadhan
·      Siska Frantika
·      Yusniar
·      Dini Ayu Syahfitri
·      Sela Gustina
·      Devi Fransiska
·      Randini Purnama Sari
·      Diana Sari

BIDANG DOKUMENTASI

Ketua                            : Mardian
Anggota                        :
·      Andi Kurniawan
·      Firman Syahputra
·      Hariati Arangilang Juliansyah
·      Gilja Agustira
·      Rojana
·      Mila Sari
·      Usra Ulzahra
·      Sepri Ariani
·      Melia Putri